PEMKAB KULONPROGO KERJASAMA DENGAN UGM; Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
- Dibaca 3773 kali
- 28 April 2009 00:00:00
Untuk merealisasikan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), di Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh, Pemkab Kulonprogo melakukan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Naskah kerjasama tersebut ditandangani oleh Kepala BAPPEDA Kabupaten Kulonprogo, Budi Wibowo,SH,MM dan Ketua Jurusan Teknik Mesin dan Industri , Dr.Ir.Suhanan,DEA disaksikan oleh Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo dan Rektor UGM Prof.Ir.Sudjarwadi,M.Eng.Ph.D, di ruang Multimedia UGM, Senin (27/4).
Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.
Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. ?Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,?kata Toyo
Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.
Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.
Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.
Dalam kesempatan tersebut, sebelumnya juga dilakukan kerjasama antara Universitas Gadjah Mada dan Pemkab Kulonprogo dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan sumberdaya energi yang ditandatangi oleh Rektor UGM dan Bupati Kulonprogo.
Bupati Kulonprogo H.Toyo Santoso Dipo mengatakan dengan kerjasama ini, diharapkan UGM dapat membantu lebih banyak dalam ilmu dan teknologi terutama yang terkait dengan pengembangan energy. ?Karena sebenarnya kami sangat berharap dapat dibantu bagaimana membangun mikrohidro di Kulonprogo. Setelah kami keliling ke daerah-daerah, tersentuh hati kami bahwa banyak energy yang sebenarnya bisa dikonversi seperti air terjun, angin untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat,?kata Toyo
Menurut pengakuan Toyo, sesungguhnya Kulonprogo memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah. Karena jika melihat topografi, geografi dan geologisnya, di daerah tersebut terkandung banyak sekali tambang.
Beberapa lokasi yang bisa disebutkan, sekitar pegunungan Menoreh. Atau diperbatasan Kulon Progo dan Magelang, tepatnya di puncak Suroloyo, Kecamatan Borobudur terkandung tambang yang sangat banyak. "Karena jika diamati topografi dan geografinya, daerah ini dengan kemiringan sangat rendah dan disitu ternyata bukitnya adalah bukit kapur. Sehingga saya yakin secara geologis dahulu terjadinya pembentukan bukit ini merupakan himpitan dari akibat adanya gempa yang sangat kuat. Dengan himpitan yang sangat kuat dan waktu yang tidak terlalu lama pasti akan terjadi perubahan-perubahan bentuk dan sifat dari atom dan molekul-molekul bumi, maka terbentuklah logam-logam tambang yang berbeda-beda," tambah Bupati.
Disamping itu, tambang mangaan yang di jaman Belanda hanya berlokasi kecil, maka setelah dilakukan penelitian, jumlah tersebut mencapai puluhan ribuan hektar tambang mangaan. Juga terdapat tambang-tambang jenis batuan, sedimen logam tembaga, dan emas. "Dalam kenyataan setelah diteliti lagi, ternyata cadangan emas tersebut cukup tinggi, di kedalaman 100 - 500 meter dari permukaan. Untuk itu kami terus melakukan penelitian, hanya saja kami memiliki keterbatasan dalam hal ini," tandas Bupati.