Tradisi Pendukung Ketahanan Pangan Melalui Upacara Adat Baritan Watu Tumpang

  • Dibaca 1869 kali
  • 30 September 2021 00:00:00

Yogyakarta - Bertempat di Jogja TV dilakukan kegiatan talk show upacara adat Baritan Watu Tumpang sebuah tradisi pendukung ketahanan pangan, kegiatan yang bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan hasil bumi/tangkapan ikan yang melimpah. Selain itu, juga sebagai media untuk memanjatkan doa keselamatan, dengan menghadirkan 3 (Tiga) orang narasumber yaitu : Drs, H. Sutedjo selaku Bupati Kulon Progo, Dra. Niken Probo Laras, S.Sos., MH Kepala Dinas Kebudayaan /Kundha Kabudayaan, Kabupaten Kulon Progo dan Wagiran Lurah Banjarsari Kapanewon Samigaluh Rabu (29/9/2021).

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang masyarakatnya terdiri dari beraneka ragam suku bangsa. Mereka umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan yang sangat mencintai dan menjunjung tinggi tradisinya. Ketakutan mereka terhadap bencana alam, kematian, kelaparan, dan hal-hal lainnya yang mengancam kehidupannya telah menimbulkan berbagai tradisi yang hingga kini masih tetap hidup (the living tradition). Salah satu tradisi tersebut adalah baritan.

Tradisi Baritan adalah upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan peristiwa alam. Tradisi ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Pada masyarakat petani, tradisi ini sering disebut dengan istilah sedekah bumi, sedangkan pada masyarakat nelayan juga disebut sedekah laut. Walaupun demikian, baritan yang dilakukan baik oleh masyarakat petani maupun nelayan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan hasil bumi/tangkapan ikan yang melimpah.

Satu di antara adat tradisi itu adalah upacara adat Baritan di Pedukuhan Balong, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Upacara tradisional Baritan dilaksanakan setiap tahun sekali. Keunikan dari upacara ini adalah bahwa warga desa yang mengikuti upacara sekaligus membawa hewan ternaknya untuk digembalakan di sekitar tempat upacara. Upacara adat "Baritan Watu Tumpang" dari pedukuhan Balong Kalurahan Banjarsari Kapanewon Samigaluh yang di tetapkan sebagai Juara Umum Festival Upacara Adat Tingkat DIY tahun 2021.

Upacara adat watu tumpang tersebut adalah warisan turun temurun yang dilakukan oleh pedukuhan Balong Kalurahan Banjar Sari Kapanewon Samigaluh dalam rangka menghormati dan mensyukuri hasil panen dan upacara tersebut bisa diikuti oleh semua warga tidak dibatasi dengan umur.

Bupati Kulon Progo Drs. H. Sutedjo mengatakan "Pemerintah daerah menyadari bahwa banyak upacara adat yang ada dan hidup di antara masyarakat itu kami nilai sebagai potensi membangun kebersamaan dan nilai gotong royong. Oleh karena itu adat seperti ini kita kembangkan /lestarikan, meskipun upacara adat tersebut memiliki potensi yang bagus tetapi kami tetap himbau untuk tidak melakukan hal-hal yang berbau mistis apalagi kemudian membuat masyarakat menyembah suatu benda" Tegas Bupati

Saat ini pemerintah daerah seperti Dinas Kebudayaan tetap harus hadir dalam membina adat yang ada dan hidup di masyarakat.

Kepala Dinas Kebudayaan/Kundha Kabudayaan Kulon Progo, Dra. Niken Probo Laras, S.Sos., MH menyatakan “Dinas Kebudayaan mempunya tugas untuk memajukan kabudayaan itu sebenarnya ada 4 yaitu perlindungan, pemanfaatan, pengembangan dan pembinaan. Kami juga ikut serta membantu dalam menggelar upacara adat ini menggunakan dana istimewa dan menyiapkan keperluan apa saja sehingga upacara tersebut akan terasa hikmat, karena upacara adat itu sebenarnya mensyukuri apa yang sudah diperoleh saat ini dan memohon kepada sang pencipta untuk kegiatan-kegiatan berikutnya dapat berjalan dengan baik dan lancar"Ujarnya

Upacara Baritan mempunyai makna sebagai kearifan lokal, maksudnya dengan upacara Baritan yang diadakan setiap tahun, masyarakat selalu diingatkan untuk memiliki rasa syukur atas nikmat yang diberikan Tuhan, selalu menjaga alam lingkungan sekitar yang berwujud lingkungan manusia (masyarakat), lingkungan alam (sawah, ladang, pekarangan, sungai, dan sebagainya), dan binatang ternak (sapi kerbau kambing). Dengan adanya upacara baritan ini semua lingkungan tadi ikut dilibatkan sehingga hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya akan terjalin dengan harmonis.

Wagiran sebagai Lurah Kalurahan Banjarsari Kapanewon Samigaluh menyampaikan tujuan yang sebenernya dilakukan upacara adat tersebut "Bagi kami yang tinggal dari kecil di pedesaan, tradisi baritan sendiri sudah ada sejak nenek moyang kita yang diturunkan ke anak dan cucu nya. Jadi anak cucu hanya ikut serta dalam melanjutkan tradisi tersebut agar mendapat keselamat dan tidak terjadi apa-apa, jadi upacara tersebut sebagai ucapan rasa syukur dari warta masyarakat Dusun Balong " imbuh Wagiran. MC Kab.Kulon Progo/Della/Dewan.