MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI LINGKUNGAN KELUARGA

  • 05 Februari 2018 00:00:00
  • 68907 views

Latar Belakang

                Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, mempromosikan kesehatan dan efisiensi .

Sehat merupakan Kondisi fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktifitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit . Kondisi sehat dapat dilihat dari dimensi produksi dan dimensi konsumsi.  Dimensi pruduksi  memandang keadaan sehat sebagai salah satu  modal    produksi atau atau pra kondisi yang dibutuhkan seseorang sehingga dapat beraktifitas yang produtif, Salah satu upaya mewujudkannya dalam industri dikembbangkan konsep kesehatan dan keselamatan kerja. Dimensi konsumsi menjelaskan manfaat sehat sebagai kondisi yang dibutuhkan setiap manusia untuk  dinikmati sehingga perlu disukuri,  Dimensi ini melahirkan pemahaman upaya manusia unuk memelihara dan meningkatkan derajad kesehatan agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan

            Kosep kesehatan  berkaitan dengan perubahan perilaku sehat akan lebih terbentuk dan bertahan lama bila dilandasi kesadaran sendiri sehingga konsep upaya sehat dari, oleh,untuk kita sendiri ,  Peranan petugas kesehatan sebagai setimulator melalui promosi kesehatan dilakukan dengan memberikan pelatian penerapan Desa Siaga .  Kesehatan diwujudkan melalui rangkaian pelatihan mengidentifikasi maslah kesehatan dengan mengenalkan masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi dilingkungan.

           Tanpa pemahaman terhadap penyakit dan masalah kesehatan oleh petugas kesehatan maka tidak akan memiliki dasar pemahaman yang kuat. Implikasinya akan terjadi semakin jauh kesenjangan pemahaman konsep penyakit dan masalha kesehatan antara petugas kesehatan dan masyarakat sehingga gagal dalm meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

 

 

A.      Masalah Kesehatan Masyarakat

Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara umum atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu) kelompok lanjut usia dan kelompok pekerja.

1.      Masalah Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di amerika Serikat memiliki urutan kedua yang mempengaruhi sattus kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru menjadi faktor utama masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat. Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan siakp yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon diatas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanda pemahaman manffaat berperilaku tertentu.

Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat. Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.

Perilaku sendiri menurut Lawrance Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai – nilai kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

2.      Masalah Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyedia air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

3.      Penyehatan Lingkungan pemukiman

Lingkungan pemukiman secara khusu adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan  manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas rumah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai masyarakat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Kriteria tersebut antara lain luas bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni , fasilitas air bersih yang cukup, pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang berkumpul keluarga serta gedung dan kandang ternak untuk rumah pedesaan. Tidak terpenuhi sayarat rumah sehat dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

4.      Penyediaan air Bersih

Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, air mandi, memasak dan mencuci. Air minum yang dikonsumsi harus memenuhi syarat minimal sebagai air yanng dikonsumsi. Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen (syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang dipersyaratkan (syarat kimia). Di Indonesia sumber-sumber air minum dapat dari air hujan, air sungai, air danau, mata air, air sumur dangkal dan air sumur dalam. Sumber-sumber air tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang membutuhkan pengolahan sederhana sampai modern agar layak diminum. Tidak terpenuhi kebutuhan air bersih dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit seperti infeksi kulit, infeksi usus, penyakit gigi dan mulut dan lain-lain.

5.      Pengelolaan Limbah dan Sampah

Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri, atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan lingkungan. Pengelolaan kotoran manusia membutuhkn tempat yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau dan menganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena beberapa penyakit disebarkan melalui perantaram kotoran.

Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganikserta bahan berbahaya, memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampahserta pemusnahan dan pengolahan sampah. Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran airdan tanah sehingga pengolahan limbah ahrus mengahsilkan limbah yang tidak berbahaya. Syarat oengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia. Pengelolaan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (SPAL/IPAL).

6.      Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan Makanan

Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan lain – lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan (pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan, kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan, ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.

7.                   Masalah Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk manfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) serta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).

8.                   Petugas Kesehatan yang Profesional

Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenagamedis, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga kesehatan ayng memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengna kompetensi dan taat prosedur. Saat ini masyarakat banyak menerima pelayanan kesehatan di bawah standar akibat kedua syarat di atas tidak dipenuhi. Keterbatasan ketenagaan di Indonesia yang terjadi akrena kurangnya tenaga sesuai kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Kurangnya pengetahuan dan motif ekonomi sering menjadikan standar pelayanan belum dikerjakan secara maksimal.

Masyarakat cenderung menerima kondisi tersebut karena ketidak =tahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah tlah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun program peningkatan kompetensi dan pemerataan distribusi tenaga kesehatantetapi belum seluruh petugas kesehatan mendukung. Hal tersebut terkait perilaku sehat petugas kesehatan yang masih banyak menyimpang dari tujuan awal keberadaannya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan spek preventif dan promotif dalam peayanan kesehatan belum dominan. Perilaku sehat masyarakat pun mengikuti saat paradigma sehat dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada sakit.

9.                   Sarana Banguna dan Pendukung

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi dengan konsep Desa Siagayaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat. Sayangnya kondisi tersebut tidak di dukung sepenuhnya oleh masyarakat karena lebih dominannya perilaku sakit. Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana pelayanan kesehatan di Indonesia.

10.               Pembiayaan Kesehatan

Faktor pembiayaan seringkali menjadi penghambat masyarakat mendapatakan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Faktor yang merupakan faktor pendukung (enabling Factors)masyarakat untuk berperilaku sehat telah dilakukan di Indonesia melalaui asuransi kesehatan maupun dana pendamping. Sebut saja asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil (PT. Askes), polisi dan tentara (PY Asabri), pekerja sektor industri ( PT JAMSOSTEK), masyarakat miskin (Jamkesmas Program Keluarga Harapan), masyarakat tidak mampu, (Jamkesda) bahkan masyarakat umum (Jampersal dan asuransi perorangan). Namun tetap saja masalah pembiayaan kesehatan menjadi kendala dalam mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu terkait kesdaran masyarakat berperilaku sehat. Perilaku sakit masih dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan. Karena itu diperlukan perubahan paradigma masyarakat menjadi Paradigma Sehat melalui Pendidikan Kesehatan oleh petugas Kesehatan secara rutin.

11.               Maslah Genetik

Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Melitus, infertilitas dan lain-lain. Tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian, kemiskinan , dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor genetik lebih banyaak disebabkan kurang paham terhadap penyakit genetik, disampinh sikap penolakan karena faktor kepercayaan. Agar masyarakat dapat berperilaku genetik yang sehat diperlukann intervensi pendidikan kesehatan disertai upaya pendekatan kepada pengambil keputusan (tokoh agama, tokoh masyarakat, dan penguasa wilayah). Intervensi berupa pendidikan kesehatan melalui konseling genetik, penyuluhan usia reproduksi, persiapan pranikah dan pentingnya pemeriksaan genetik dapat mengurangi resiko munculnya penyakit atau masalah kesehatan pada keturunannya.

 

 

 

Kasriyati, S.Pd

Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)

Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo