Hari Ibu, Momentum Tingkatkan Peran Perempuan

  • Dibaca 1948 kali
  • 28 Desember 2018 14:26:54

Setiap tanggal 22 Desember kita semua memperingati hari besar nasional yang kita sebut sebagai “Hari Ibu”. Peringatan Hari Ibu (PHI) setiap tahunnya itu diselenggarakan agar kita semua dapat mengenang dan menghargai perjuangan kaum perempuan Indonesia, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. PHI juga dimaksudkan untuk mempertebal semangat semua komponen bangsa mencapai kemajuan di berbagai bidang pembangunan, dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan. Di sisi lain,  PHI diharapkan juga dapat mendorong peningkatan peran serta kemitraan antara perempuan dan laki-laki dalam melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa untuk mengisi kemerdekaan.

PHI ke-90 Tahun 2018  mengangkat tema : "Bersama meningkatkan peran perempuan dan laki-laki dalam membangun ketahanan keluarga untuk kesejahteraan bangsa".  Adapun subtemanya adalah sebagai berikut: (1)  Perempuan sebagai Ibu bangsa berperan mewujudkan ketahanan keluarga sebagai pilar membangun negara yang adil dan sejahtera, (2) Sumber daya manusia yang andal dan berdaya saing menjadi potensi membangun pembangunan yang insklusif dan partisipati, (3) SDG’s memastikan bahwa tidak ada satupun kelompok masyarakat yang tertinggal dalam pembangunan, (4) Kemitraan antara laki-laki dan perempuan dalam mewujudkan keterwakilan perempuan di politik, (5) Bersama wujudkan negara yang adil dan sejahtera melalui gerakan revolusi mental. Adapun slogan yang digunakan adalah “Keluarga sehat, ekonomi kuat”, “Perempuan hebat, negara kuat” dan “Perempuan berdaya, negara jaya”

Dengan demikian, PHI tahun ini merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan peran perempuan dalam membangun ketahanan keluarga untuk kesejahteraan bangsa. Karena selain mendidik anak, perempuan memiliki peran cukup  strategis dalam mewujudkan  program pembangunan. Dalam konteks ini, kaum perempuan Indonesia tidak hanya menjadi pengguna  hasil pembangunan, namun juga ikut berperan melaksanakan dan berpartisipasi di segenap aspek pembangunan nasional.  Peran politik berarti ikut serta dalam proses pengambilan  keputusan dalam upaya membentuk keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Perempuan mempunyai posisi yang lebih dekat dengan keluarga dan telah menggunakan sebagian besar waktunya untuk keluarga, anak dan orang tua. Oleh karena itu kebutuhan spesifik kaum perempuan akan lebih terdukung apabila perempuan memperoleh akses dan manfaat dapat berpartisipasi serta melakukan kontrol di segenap aspek pembangunan nasional. Perempuan juga memiliki hak asasi yang sama dan integral dengan hak asasi manusia. Oleh karena itu perlu dipelihara kodrat, harkat dan martabatnya sebagai Ibu Bangsa yang berhasil membina keluarga yang harmonis dan sejahtera.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka PHI juga diharapkan dapat  mendorong semua pemangku  kepentingan untuk memberikan perhatian, pengakuan akan pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor pembangunan. PHI juga diharapkan dapat membawa pengaruh positif bagi peningkatan kualitas hidup, pemenuhan hak dan kemajuan perempuan. Di lain sisi juga memberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan apabila diberi peluang dan kesempatan mampu meningkatkan kualitas hidupnya serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Saat ini bahkan terbukti perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, mampu menjadi motor penggerak dan motor perubahan (agent of change).

Hal ini selaras dengan maksud dan tujuan dari penyelenggaraan PHI itu sendiri. Dalam Pedoman Penyelenggaran Peringatan Hari Ibu (PHI) Ke-90 Tahun 2018 yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ditegaskan bahwa maksud penyelenggaraan PHI ke-90 Tahun 2018 selain untuk mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh  masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, juga untuk mempertebal tekad dan keyakinan dalam melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dan pembangunan serta tekad untuk mewujudkan perdamaian yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa sebagai pengamalan Pancasila.

Lebih dari itu untuk mengenang dan menyegarkan kembali ingatan kita akan pentingnya pemahaman dan penghayatan serta arti perjuangan dan kebangkitan kaum perempuan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebangkitan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, serta untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap peran dan kedudukan kaum perempuan Indonesia dalam upaya peningkatan keutuhan

dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat melalui peningkatan kualitas peran-sertanya baik peran pribadi, mandiri, maupun organisasinya dalam berbagai aktivitas pembangunan.

Adapun tujuannya secara umum adalah meningkatkan peran perempuan Indonesia dalam setiap aspek kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju pembangunan nasional yang berkelanjutan dan berkeadilan. Sedangkan secara khusus tujuannya: (1) Mendorong terwujudnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (2). Meningkatkan kesetaraan hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari kekerasan, perdagangan orang dan kesenjangan akses ekonomi terhadap perempuan, dan (3) Meningkatkan peran serta instansi Pemerintah dan non pemerintah untuk menempatkan perempuan pada posisi pengambil kebijakan yang responsif gender.

Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, PHI ke-90 Tahun 2018  Tingkat Nasional dipusatkan di Lapangan Kantin, Bukit Tinggi Provinsi Sumatera Barat,  Sabtu (22/12),  diisi dengan berbagai rangkaian kegiatan seperti: seminar, pameran, bhakti sosial, ziarah, upacara bendera dan kegiatan Iainnya yang dilaksanakan baik di tingkat nasional maupun di setiap Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Di tingkat daerah (Provinsi dan Kabupaten) kegiatan yang dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas daerah. Untuk pelaksanaan peringatannya, di tingkat DIY dilaksanakan pada hari Sabtu (22/12) di Bangsal Kepatihan Yogyakarta yang dihadiri oleh Sekda DIY Gatot Saptadi, Wakil Ketua TP PKK GBRAy Paku Alam dan Ketua TP PKK Kabupaten Kota Se-DIY, serta  Darma Wanita dari OPD terkait maupun unsur-unsur lainnya. Sedangkan di Kulon Progo, pelaksanaan puncak acara PHI dipusatkan di Aula Adikarta, Gedung Kaca, Kompleks Pemkab Kulon Progo yang dihadiri oleh Ka Perwakilan BKKBN DIY, Ka BPPM DIY,  Staf Ahli Bupati Bidang Kesra dan SDM dr. Lestaryono, M. Kes dan dilanjutkan dengan Sosialisasi Kanker Serviks dan Kanker Payudara dengan nara sumber dr. Okta, Sp.OG dan dr. Triyogo Djoko Prasetyo, Sp. B.

Perempuan Indonesia masa kini harus menjadi perempuan yang sadar dan memahami memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Prinsip kesetaraan yang mendasari tentang pentingnya pembagian tugas, peran dan tanggungjawab yang seimbang antara perempuan dan laki-laki mulai dari lingkup keluarga, masyarakat bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perempuan dan laki-laki keduanya adalah "parthnership" sekaligus sumber daya insani yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional.

Tentunya tema ini dibangun pada tahun ini mendasarkan pada situasi dan kondisi bangsa Indonesia Tahun 2018 dan menyelaraskan dengan arah kebijakan pembangunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagaimana telah tercantum dalam RPJMN 2015-2019 serta mewujudkan Nawacita sebagai salah satu agenda nasional. Berbagai persoalan sosial saat ini marak terjadi, dan berdampak kepada kehidupan masyarakat, khususnya perempuan dan anak, seperti terjadinya kekerasan, bentuk-bentuk perlakukan diskriminatif, dan lainnya.

Untuk diperlukan berbagai cara untuk dapat  mencegahnya. Peran keluarga menjadi salah satu yang diharapkan dapat menjadi bagian utama/pilar untuk mencegah terjadinya kekerasan melalui penanaman nilai-nilai,  karakter, dan budi pekerti. Ketahanan keluarga sekaligus menjadi pondasi dalam menerapkan kehidupan yang harmonis, damai, dan religius. Pelibatan semua unsur masyarakat dan multi stakeholder sangat diperlukan, termasuk peran laki-laki dalam kampanye-kampanye/gerakan yang mendukung pencegahan kekerasan, dan pencapaian kesetaraan gender. He for She menjadi salah satu komitmen global yang harus digelorakan sampai akar rumput. 

Dengan demikian, tepatlah kiranya apabila PHI tahun ini menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan peran perempuan di segala aspek kehidupan, sehingga ke depan, perempuan akan menjadi lebih berdaya, kreatif dan mandiri secara ekonomi maupun sosial dan budaya. Dampaknya tentu saja akan mampu meningkatkan ketahanan keluarga yang berefek pada ketahanan bangsa dan negara kita tercinta. Sekarang tinggal bagaimana kita mampu memberikan ruang yang cukup untuk kaum perempuan agar bisa berkarya dan menunjukkan eksistensi dirinya sehingga memberi pengaruh positif terhadap kemajuan keluarga, masyarakat dan bangsa.