Pertumbuhan Penduduk dan Kualitas Hidup Kita

  • Dibaca 29199 kali
  • 16 Desember 2016 09:06:55

Sebagai manusia, kita pasti menginginkan kehidupan yang berkualitas. Secara sederhana, kehidupan ini sering diterjemahkan sebagai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Bahagia artinya suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan. Sedangkan sejahtera artinya kehidupan yang makmur tidak kekurangan suatu apa dalam konteks tercukupi semua kebutuhannya secara fisik materiil..

Kita semua telah memahami bahwa kualitas hidup manusia pada umumnya diukur melalui 3 kriteria: Pertama, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan sebagai mahluk hidup hayati, Kedua, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi, dan Ketiga, terpenuhinya kebutuhan dasar untuk memilih. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia itu dianggap berkualitas apabila kebutuhan pangan, sandang dan pangan dapat terpenuhi, kebutuhan kesehatan, pendidikan juga terpenuhi, hingga kebutuhan rekreasi dan aktualisasi juga terpenuhi.


Terdapat banyak faktor yang dapat menentukan kualitas hidup manusia, salah satunya adalah jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar tentu akan membutuhkan kecukupan pangan, sandang, dan papan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sedikit. Demikian juga kebutuhan sarana prasarana pendidikan, kesehatan, rekreasi dan sebagainya. Dalam konteks ini, tidak akan ada masalah bila dukungan lingkungan dan sumber daya alam memadai. Tetapi apabila jumlah penduduk terus bertambah dan sumber daya alam tidak lagi mampu mendukung kehidupannya, maka akan menjadi masalah yang serius bagi penduduk yang bersangkutan. Karena bisa jadi akan terjadi bencana kelaparan atau kekurangan sandang, papan dan lainnya yang menyebabkan kualitas kehidupan penduduk tersebut terus menurun.
Bila kita berbicara tentang penduduk. dan kualitas hidupnya, tentu tidak akan menarik bila kita tidak berbicara dalam kondiri riil atau senyatanya. Dan itu akan sangat tepat apabila kita berbicara tentang kondisi dunia dan di negara kita.


Menurut Prof. Dr. Fasli Jalal, saat ini dunia sedang gelisah. Karena penduduk di bumi ini sudah mencapai 7,2 milyar jiwa dan akan terus bertambah. Diperkirakan akan menembus angka 9 milyar pada tahun 2050. Ini akan menjadi permasalahan serius, bukan masalah akan terjadi ledakan pertumbuhan penduduk saja, tetapi juga akan berdampak pada kualitas pendidikan, kesehatan dan gizi, kebutuhan akan pangan dan sebagainya.
Sementara negara kita merupakan negara yang besar dalam hal jumlah penduduk. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk negara kita telah mencapai 237,6 juta jiwa. Jumlah ini tidak main-main, karena merupakan jumlah keempat terbesar di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Yang mengkhawatirkan, selain jumlah penduduk yang besar, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk kategori tinggi karena mencapai 1,49% per tahun. Artinya, jumlah penduduk negara kita setiap tahunnya akan bertambah sekitar 3 - 4 juta jiwa. Hampir sama dengan jumlah penduduk DIY atau Negara Singapura. Karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini, Dr. Sugiri Syarief, MPA memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 menjadi sekitar 450 juta jiwa, hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia. Sungguh fantastis sekaligus mengerikan.


Akibat dari jumlah penduduk yang besar ini, akan sangat sulit bagi negara kita untuk mengangkat kualitas hidupnya karena biaya yang dibutuhkan sangatlah besar. Bukan itu saja, dukungan lingkungan dan sumber daya alam juga sangat besar. Yang menjadi masalah adalah bahwa jumlah penduduk yang besar itu belum diikuti oleh kualitasnya yang baik. Misalnya dilihat dari sisi pendidikannya masih banyak yang berpendidikan SD atau tidak sekolah dibandingkan yang lulus perguruan tinggi. Ini tentu akan mempengaruhi kemampuan penduduk dalam mengelola lahan pertanian, mengembangkan teknologi dan industri yang mampu mengangkat taraf hidupnya. Maka tidak mengherankan apabila di negara kita jumlah penduduk yang besar mendorong timbulnya berbagai seperti masalah pengangguran, masalah sosial dan juga masalah lingkungan hidup. Terjadi masalah pengangguran, karena penduduk yang berada dalam usia angkatan kerja sangat besar sementara lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit. Sementara pengangguran jelas akan membawa dampak sosial yang sangat luas, karena di lingkungan orang yang banyak menganggur pasti akan rawan terhadap kejahatan, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penyalahgunaan napza dan perilaku negatif lainnya yang menyebabkan kehidupan jauh dari bahagia dan sejahtera. Berbagai penyakit pun akan timbul yang menyebabkan mereka akan hidup menderita.


Penduduk yang besar akan mempengaruhi kualitas lingkungan hidupnya. Bukan saja karena setiap penduduk akan menghasilkan sampah yang dapat mencemari lingkungan, tetapi juga akan terjadi perusakan lingkungan oleh penduduk itu sendiri karena desakan kebutuhan hidup yang tidak tertahankan. Karena kebutuhan makan sehari-hari yang harus dipenuhi sementara sumber penghasilan tidak ada, bukan tidak mungkin mereka akan merusak hutan atau sumber daya lainnya yang mestinya harus dilestarikan keberadaannya.
Melihat betapa besar dampak jumlah penduduk terhadap kualitas hidup manusia, maka penulis memiliki beberapa solusi pemecahan sebagai berikut:


Pertama, solusi yang bersifat preventif adalah harus diupayakan agar jumlah penduduk yang besar tidak bertambah besar tanpa kendali. Dengan demikian program KB dengan slogan "Dua Anak Cukup" harus tetap digalakkan dengan sasaran pada Pasangan Usia Subur (PUS). Penggunaan alat kontrasepsi modern harus di tingkatkan minimal mencapai 65% dari jumlah PUS sehingga cukup efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Selain itu, program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) melalui Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) juga harus dimantapkan sehingga tidak ada lagi pernikahan dini, kehamilan remaja atau pacaran tidak sehat. Program Generasi Berencana (GenRe) yang telah dikembangkan oleh BKKBN dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan kualitasnya harus dijadikan gerakan masyarakat sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.


Kedua, solusi yang bersifat kuratif adalah harus diupayakan upaya pemberdayaan ekonomi dan pembinaan ketahanan keluarga bagi keluarga miskin dan atau penganggur. Ini penting dalam rangka menekan angka kriminalitas, ketidakharmonisan keluarga serta ketidakberdayaan keluarga dari sisi ekonomi yang bisa jadi menyebabkan kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Upaya pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh BKKBN melalui kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) dan upaya pembinaan keluarga melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL) harus dipertahankan dan dikembangkan sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat.


Ke depan, mungkin upaya ini perlu dilengkapi dengan upaya mensinergikan program-program yang telah dikembangkan BKKBN dengan program-program yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah. Misalnya di Kabupaten Kulon Progo, kelompok UPPKS perlu disinergikan dengan Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) yang sama-sama memiliki sasaran keluarga. PIK Remaja disinergikan dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dimotori oleh Puskesmas dan Youth Forum milik PKBI yang intensif membina Peer Educator dan Peer Conselor yang keduanya sangat dibutuhkan oleh PIK Remaja dalam memantapkan pelaksanaan kegiatannya dan sebagainya.


Jika beberapa solusi tersebut dapat diterapkan secara baik, kita yakin bahwa pertumbuhan penduduk akan terkendali dan upaya meningkatkan kualitas hidup penduduk pun tidak akan banyak menemui hambatan. Dan yang lebih penting, dalam cakupan lebih luas, negara kita yang selama ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) nya sebagai cerminan kualitas sumber daya manusia di anggap rendah (tahun 2014 ranking 108 dari 187 negara di dunia) sedikit demi sedikit dapat terangkat dan sejajar dengan capaian negara-negara maju di dunia. Amin.


Drs. Mardiya, Ka Sub Bid Advokasi Konseling dan Pembinaan KB dan Kesehatan Reproduksi BPMPDPKB Kabupaten Kulon Progo.