Menko Perekonomian Hatta Rajasa Serahkan Bantuan Bagi Pengrajin Gula Semut Kulon Progo
- 30 Januari 2014 15:03:03
- 2253 views

Salah satu komoditas unggulan Kulon Progo adalah gula semut (brown sugar) yang dihasilkan dari nira kelapa. Gula ini dihasilkan dari beberapa industri rumah yang dijalankan oleh masyarakat. Produksi rata-rata per hari gula semut di Kulon Progo mencapai 6 ton. Nira sebagai bahan baku gula semut dihasilkan dari penderes, yang jumlahnya antara 5-6 ribu jiwa dan sebagian besar termasuk masyarakat miskin.
Menurut Bupati Kulon Progo, dr. Hasto Wardoyo, dalam acara Sambung Rasa Bagi Ilmu Penderes Gula Semut Kulon Progo bersama Menko Perekonomian, Hatta Rajasa dan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, di Waduk Sermo (30/1), jika industri gula kelapa ini bisa ditangani dari hulu sampai hilir oleh masyarakat, diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, apalagi investasi yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi.
Ditambahkannya, dalam bidang kehutanan, Kulon Progo memiliki hutan yang cukup luas, yaitu sekitar 32,71% dari luas Kulon Progo. Bupati berharap dengan hutan seluas itu, bisa membantu pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo. Sehingga untuk kelestarian hutan, Pemkab Kulon Progo juga telah melakukan berbagai program konservasi, misalnya penanaman 1 milyar pohon, gerakan perempuan tabur dan tanam pohon serta pelihara pohon. Bahkan di DIY, Kulon Progo mendapat peringkat I dalam penanaman 1 juta pohon.
Terkait industri gula semut, dr. Hasto berharap bantuan untuk melengkapi gudang gula semut bantuan Bank Indonesia. Dirinya berharap agar gudang tersebut bisa menjadi resi gudang dan akhirnya menjadi modal dari koperasi di Kulon Progo. Dan pada gilirannya koperasi bisa tumbuh, karena bisa memproduksi brown sugar yang berkualitas.
"Saya berharap bantuannya adalah alat-alat yang dibutuhkan di dalam gudang. Saya siap bertanggung jawab supaya bantuan alat-alat tidak akan mangkrak," katanya.
Masyarakat yang hadir saat itu antara lain dari UMKM, pengrajin gula semut, penderes, serta masyarakat pengusaha bidang kehutanan. Beberapa permasalahan diutarakan oleh mereka, misalnya bagi pengrajin gula semut mereka menghadapi masalah packaging yang kurang baik, minim peralatan seperti wajan, ayakan, saringan, tungku hemat energi, dan masih banyaknya warga pengolah nira yang mengolah niranya di dapur berlantai tanah sehingga kurang higienis. Sementara itu, salah seorang masyarakat kehutanan juga menjelaskan bahwa meskipun saat ini mampu menjual kayu ke luar negeri, namun dirinya minta bimbingan teknis untuk meningkatkan kualitas kayu dan bantuan dalam proses sertifikasi pohon.
Dalam kesempatan itu, Hatta Rajasa secara simbolis menyerahkan bantuan antara lain 5 unit AC gudang dan berbagai peralatan produksi gula semut yang dibuat oleh UGM. Menurutnya kesuksesan dalam pembangunan ditentukan oleh manusianya, bukan peralatannya, sehingga terkait dengan industri rakyat, mereka harus dilatih supaya kualitasnya meningkat, jika sudah berkualitas baru dibantu peralatannya. Dia menjanjikan akan ada pelatihan untuk pengolahan industri gula semut. Namun meski mengakui kualitas gula semut sudah bagus, dirinya menyayangkan packaging yang kurang baik.
Untuk membantu masyarakat, dirinya akan melibatkan CSR perusahan untuk membina koperasi gula semut secara komprehensif, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan. Diharapkan masyarakat memiliki ketangguhan. Dengan bantuan yang tepat, masyarakat bisa memanfaatkan dan berjalan dengans endirinya. Terkait bidang kehutanan, menurut Hatta Rajasa, sekarang saatnya tidak menebang pohon dari hutan primer. Namun dari pohon yang ditanam, kemudian berusaha meningkatkan kualitas produk dan juga keberlanjutannya (sustainability).
Sementara itu, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menjelaskan perlu ada bimtek dan sertifikasi supaya kayu masyarakat bisa masuk pasar. Untuk itu Kementerian Kehutanan akan berusaha membantu sertifikasi dan bibit. Selain itu ada juga bantuan modal kredit jangka panjang dan murah, yang angsurannya boleh mulai tahun ke-9. Bantuan ini khusus digunakan untuk menanam pohon. Ada juga bantuan pinjaman supaya masyarakat penanam pohon tidak melakukan sistem ijon, tetapi diarahkan ke pinjaman tunda tebang dengan mengusulkan ke Kades.***