Perencanaan Keuangan Masyarakat Dalam Sistem Kapitalisme

  • Dibaca 4005 kali
  • 10 Januari 2014 08:44:22

Kesalahan dalam mengelola keuangan jadi salah satu penyebab budaya konsumtif sebagian masyarakat Indonesia. Budaya konsumtif tersebut itulah yang disinyalir menjadi penyebab akutnya kemiskinan dimana konsumerisme telah menjadi gaya hidup hampir semua lapisan penduduk negeri ini. Masyarakat harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Menurut sifat kodratinya bahwa untuk memenuhi keinginan hidup manusia tidak akan pernah tercukupi dan cenderung tak terbatas, sedangkan kebutuhan hidup manusia bisa tercukupi asalkan bisa berhemat dan hidup secara efektif serta efisien.  Tingginya pendapatan yang diiringi meningkatnya daya beli masyarakat, jika tidak dibekali kecerdasan dalam pengelolaan finansial dapat menimbulkan berbagai masalah keuangan di kemudian hari. Ada beberapa fakta di masyarakat yang menyebabkan kegagalan untuk merencanakan keuangan dalam hidupnya dan keluar dari kemiskinan yakni:

1. Kesalahan pengelolaan keuangan

Persoalan keuangan yang umum dihadapi masyarakat adalah salah pengelolaan.Problematika : tingginya biaya sekolah, hutang akibat pemakaian kartu kredit, taraf hidup yang menurun setelah pensiun. Masyarakat yg pandai adalah yang bisa merencanakan dan mengelola keuangan, tidak konsumtif , terbiasa menabung dan berinvestasi. Di Indonesia masih banyak yang mengalami”besar pasak daripada tiang”, lebih banyak utang dibanding asset. Serta tidak adanya dana darurat. Dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat bahwa sebenarnya mereka berada dalam masalah keuangan. Sehingga mereka layak mendapatkan pendampingan dalam mengelola keuangan meskipun hal tersebut sangat sensisitif. Hal tersebut biasa dilakukan oleh institusi keuangan dan perbankan. Program-program pemberdayaan masyarakat seharusnya memuat “kurikulum “ pengelolaan dan perencanaan keuangan keluarga supaya masyarakat memahami apa yang seharusnya mereka lakukan dengan portofolio keuangan mereka.

2. Tidak adanya atau minimnya rencana keuangan

Uang merupakan sarana untuk dapat menciptakan taraf hidup dengan kualitas baik. Maka wajib disyukuri dengan dikelola sebaik-baiknya. Ada alternative dalam mengelola keuangan selain menabung yakni mempunyai beberapa lembar saham atau investasi di reksadana bila anda belum begitu mahir bermain investasi saham. Terlebih bagi sebuah pasangan keluarga sebaiknya menyisihkan sebagian kecil pendapatan mereka dalam bentuk tabungan berjangka atau tabungan yang sifatnya sulit untuk diambil. Hal tersebut untuk berjaga bila sewaktu-waktu membutuhkan dana darurat yang terpaksa harus dikeluarkan. Komunikasi dari pasangan suami istri dalam merencanakan keuangan keluarga merupakan kunci awal kesuksesan finansial dalam rumah tangga. Sebelum maupun sesudah menikah mereka hendaknya mempunyai kesepakatan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Selain diperlukan komitmen dalam menjaga komunikasi dan disiplin yang tinggi.

3. Good money habit

Kekuatan finasial tidak selalu ditentukan oleh besarnya penghasilan tetapi dari besarnya pengeluaran. Saat ini fenomena yang sering terjadi pada masyarakat adalah gaji habis ditengah bulan, gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan keuangan serta hobi berhutang dan tidak bisa membedakan antara tabungan dan investasi. Seseorang dikatakan memiliki kebiasan baik terhadap uang jika mampu mengalokasikan penghasilannya untuk kebutuhan primer,rencana masa depan, serta berderma sebagai salah satu bentuk ibadah berdasarkan ajaran agama. Berhemat tidak berarti pelit,tetapi efektif dan efisien dalam menggunakan sumber daya keuangan dan mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

 

Kegiatan perencanaan keuangan masyarakat tidak lepas dari fenomena social yang menggejala di tengah masyarakat yakni berkaitan erat dengan arus utama pola kehidupan yang menjiwai masyarakat. Gempuran gaya hidup hedonisme, tekanan system ekonomi kapitalis, rendahnya kualitas sumberdaya manusia menyebabkan kegagalan system pengelolaan dan perencanaan keuangan masyarakat. Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil dari sebuah Negara tak mampu membendung kuatnya factor eksternal dalam mempengaruhi  perencanaan keuangan pribadi mereka. Sehingga mereka terbawa arus mengikuti tarikan dari sebuah system global terhadap ekonomi masyarakat. Peran negara untuk melindungi warga negaranya seakan hilang dan bahkan melepaskan masyarakat ke ranah ekonomi pasar yang berpihak pada kaum kapitalis. Itulah menjelaskan mengapa indeks ketimpangan social ekonomi ( koefisien gini ) suatu masyarakat cenderung naik dimana kelas atas makin kaya dan kelas bawah makin miskin.

 

Gaya hidup dan perubahan mode ekonomi masyarakat tampaknya masih menjadi fenomena unik yang menjadi gejala untuk menjelaskan keggagalan berbagai program pembangunan yang dilakukan pemerintah di Indonesia. Gaya hidup hedonisme tak lebih menjadi semacam ideology yang bersifat keinginan hidup manusia yang wajib untuk dipenuhi. Padahal hukum ekonomi mengatakan bahwa keinginan manusia tidak terbatas sedangkan alat pemuas keinginan manusia terbatas sekali. Masyarakat acapkali berusaha keras untuk mengejar pemenuhan keinginannya tanpa melihat efek-efek negative yang timbul dari proses tersebut. Perubahan mode ekonomi masyarakat tak lepas dari mode of production dan mode of comsumtion yang menggejala hampir di semua warga negara dunia. Proses-proses produksi yang didominasi oleh kaum pemilik modal atau kapitalis akhir-akhir ini berusaha untuk mengubah mode ekonomi masyarakat dari produktif ke budaya komsumtif. Penjajahan abad modern mereka lakukan guna mendapatkan pasar yang potensial yakni masyarakat umum.

 

Pertarungan wacana dan perebutan kekuasaan melalui media ekonomi menyebabkan negara-negara berkembang nyaris di ambang kebangkrutan. Hal tersebut bahkan sudah dialami oleh negara-nagara maju dalam menerapkan system Negara sejahtera ( welfare state ), dimana kondisi keuangan Negara tidak mampu memenuhi perlindungan social warga negaranya. Upaya membendung gaya hidup hedonisme yang tengah menjakiti masyarakat “modern” tak mampu dilakukan pemerintah bersama pemangku kepentingan di Indonesia. Masyarakat dibiarkan tenggelam dalam kebudayaan ekonomi yang berpihak pada pemegang kekuasaan modal/ekonomi serta secara perlahan mematikan kehidupan mereka sesungguhnya. Masyarakat didorong untuk lebih tertarik pada pola hidup mode of consumption yang cenderung memanjakan mereka daripada pola hidup mode of production yang mengahruskan mereka bekerja keras secara fisik, mental dan pemikiran. Lantas apa yang seharusnya kita perbuat untuk kehidupan masyarakat yang lebih baik???