Bupati Panen Perdana Padi Menor

  • Dibaca 4115 kali
  • 30 Desember 2013 15:48:22

Senin (30/12), Ketua MPR RI, Sidarto Danusubroto sengaja datang ke Kulon Progo untuk mengikuti panen perdana padi lokal Kulon Progo, padi Melati Menoreh atau disingkat menur di Ngipikrejo, Banjararum, Kalibawang. Hadir di acara itu Bupati Kulon Progo, dr. H. Hasto Wardoyo, SpOG(K), Anggota Komisi IV DPR RI dari Dapil Yogyakarta, Juwarto, Anggota Komisi II DPR RI, Dra. Eddy Mihati, M.Si.; Kepala Perum Bulog Divre DIY, Awaludin Iqbal; Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian DIY, Ir. Sarworini Setyobudi Astuti, dan beberapa pejabat Kulon Progo terkait bidang pertanian.

Menurut dr. Hasto, padi menur ini istimewa karena DIY belum punya padi khas yang memiliki karakteristik, tidak seperti daerah tertentu yang memiliki beras khas. Maka jawaban dari padi khas yang dimiliki DIY adalah varietas melati yang diberi nama melati menoreh, disingkat menur. 

"Dan beras ini enak serta bisa menghasilkan lebih dari 6 ton per hektar, pemeliharaan tidak sulit, dan itu juga asli dari Kulon Progo. Apa salahnya dalam rangka kemandirian pangan kemudian kita angkat. Dan saya bilang, beras menur ini jangan dibuat yang ecek-ecek, harus dibuat beras premium. Sehingga setelah panen ini akan diolah dengan cara yang sangat standar, berasnya menjadi beras kepala, kemudian kadar airnya standar, dan rasanya enak. Inilah mewujudkan daerah itu punya kemandirian dalam bidang pangan, berdaulat dalam bidang pangan, memiliki kebanggaan," kata dr. Hasto bersemangat.

Ditambahkannya, semua ini dilakukan antara lain untuk mengatasi Asia Free Trade Area, dimana tahun 2015 akan masuk pedagang asing. Kemandirian pangan adalah bidang yang penting, karena Indonesia belum bisa mengejar kemandirian dalam bidang teknologi. Bagi Bupati Kulon Progo, yang paling gampang adalah dalam bidang pangan, karena kalau akan mandiri dalam bidang elektronik atau otomotif akan jauh mengejarnya. Dengan demikian istimewanya bukan hanya rasanya tetapi juga ideologinya.

Hal ini dinilai oleh Sidarto sebagai sikap pancasilais, karena mau mewujudkan semangat Bung Karno dalam Pidato Trisakti tahun 1963. "Saya bangga bahwa Kulon Progo mampu memandirikan pangan, inilah semangat Trisakti bung karno, Kedaulatan Pangan," katanya.

Namun demikian, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulon Progo, Ir. Bambang Tri Budi Harsono mengakui bahwa dalam perkembangan budidayanya ada permasalahan, yaitu adanya organisme pengganggu tanaman. Namun saat ini tetap bisa dilaksanakan panen. Dan hasilnya dari hasil ubinan (sampel) 2,5 x 2,5 m persegi  4 orang rata-rata 5,15 kg per ubin, kalau dikonversi ke hektar ada 8,24 ton per hektar gabah kering panen. Jika dilihat dari produktivitas tanaman memang cukup bagus, hanya saja karena ini varietas lokal masih perlu dikaji, diteliti, diidentifikasi, kemudian nanti dilakukan pemurnian varietas, sekaligus nanti kalau memang menur ini menjadi ikon Kulon Progo dan DIY akan didaftarkan menjadi varietas unggul. 

"Kita sudah bekerja sama dengan BPSP DIY, BPTP DIY, Fakultas Pertanian UGM dan UMY untuk memperbaiki kondisi varietas dari jenis padi menur," kata Bambang  Tri.

Sementara itu, Ngatirin, Ketua Kelompok Tani Ngudi Rejeki, Ngipikrejo II, membenarkan sampel produksi padi tersebut. Ditambahkannya, saat ini luas sawah yang dikelola kelompok adalah 27 ha dengan 118 org petani anggota. Dalam rangka melaksanakan pertanian organik, petani sudah mengurangi pupuk buatan yang dulu per 1000 meter persegi menggunakan 25-40 kg, sekarang hanya menggunakan 5 kg. Khusus padi menur, luas sawah yang digunakan untuk demplot adalah 20 hektar. Dalam panen perdana ini, Ngatirin menjelaskan bahwa kondisi tanaman sehat dan anakannya normal. 

"Satu batang memiliki anakan hingga 23 batang. Namun pada umur 30 hari ada serangan hama wereng yang cukup parah. Dengan budidaya dan bantuan instansi terkait, serangan tersebut dapat ditanggulangi dengan penyemprotan sehingga dalam waktu 15 hari dapat pulih dengan baik," kata Ngatirin.

Kabid Penanaman Pangan Dinas Pertanian DIY, Ir. Sarworini Setyobudi Astuti, MSi berharap

galur menur ini bisa menjadi salah satu unggulan Kabupaten Kulon Progo. Pihak yang terkait dengan pelepasan benih ini bisa diajak bekerja sama dalam pelepasasnnya. Jika nanti galur ini diharapkan jadi varietas unggul nasional harus dimulai dari sekarang proses untuk pelepasannya. Sarworini berharap dengan dijadikannya padi produksi lokal sebagai pemasok Rasda, bisa menjadi pemicu untuk kemajuan yang lain termasuk AirKU.

"Perlu dipikirkan kalau generasi yang tua sudah menyusut, apakah anak-anak kita dengan inovasi dan teknologi yang baru atau mekanisasi bisa melanjutkan pertanian kita. Untuk itu Dinas Pertanian DIY membantu trasher dan terpal, supaya pasca panen bisa dilaksanakan dengan lebih mudah dan lebih baik sehingga efisiensinya tinggi karena tidak banyak hasil yang tercecer," katanya.

Kepala Perum Bulog Divre DIY, Awaludin Iqbal yang hadir saat itu terkesan dengan semangat Bupati Kulon Progo dalam kemandirian pangan. Sesuai jargon Perum Bulog, "Bersama mewujudkan kedaulatan pangan", maka Bulog bersama seluruh stake holder kan mewujudkan kedaulatan pangan, bukan sekedar ketahanan pangan.

Sesuai deklarasikan raskin daerah dari Bupati, saat ini Bulog membantu dengan cara melakukan sinergi, karena tidak bisa merubah secara langsung kebijakan dari pemerintah. Diharapkan Kulon Progo ini bisa memenuhi kebutuhan raskinnya dari produksi padi Kulon Progo sendiri, jika diterapkan di seluruh daerah, maka seluruh daerah bisa memenuhi kebutuhannya masing-masing kemudian sisanya disimpan di Bulog dan didistribusikan di daerah ke daerah yang bukan termasuk sentra produksi.***