Kulon Progo Menjadi Pilot Project Ovop Nasional
- Dibaca 3565 kali
- 30 April 2013 14:55:14

Dalam pengembangan pasar domestik, Pemkab Kulonprogo punya prinsip yang mendasar, yaitu gula merah/gula semut Kulonprogo harus menjadi produk unggulan dan Kabupaten Kulonprogo bisa dijadikan pilot project One Village One Product dari Kementerian Koperasi UMKM, dengan demikian gula semut diharapkan bisa diangkat sebagai produk unggulan Kulonprogo. Hal ini dikarenakan Kulonprogo memiliki 6000 petani gula/penderes yang setia pada pekerjaannya karena kepepet, tidak ada keterampilan lain. Kesetiaan ini jangan dipandang sebagai suatu hal yang negatif, maka harus diberdayakan dan harus sejahtera karena kesetiaannya kepada pekerjaan penderes tersebut. Demikian disampaikan Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, dalam acara Temu Usaha di Kabupaten Kulonprogo di Gedung Kaca, Selasa (30/4).
Hasto menambahkan bahwa di Kulonprogo koperasi sebagai wadah yang mendukung pemasaran gula kelapa sudah dibentuk. Jadi sumber daya alamnya (pohon kelapa) sudah ada, penderes sudah ada, dan koperasinya sudah ada, gudang yang menampung produk gula merah juga sudah hampir selesai dengan kapasitas 180 ton.
"Berikutnya tinggal bagaimana membuat hasil dari gula merah ini bisa mempunyai nilai tambah sebaik-baiknya. Oleh karena itu jika saat ini masih menjual produk gula merah/gula batok, kemudian menjual gula semut curah, maka untuk bisa memberi nilai tambah kepada petani maka kita harus bisa menjual tidak dalam bentuk curah/batok tetapi dalam bentuk produk yang siap untuk dikonsumsi. Saya kira kita mempunyai pasar produk domestik yang sangat luas dan sangat banyak," ungkap Hasto.
Menurut Hasto, di Kulonprogo harus ada agrobisnis dan agroindustri secara penuh. Saat ini agroindustri belum tercapai secara penuh karena hampir semua penderes adalah masyarakat miskin. Jika agroindustri ini sudah tercapai sepenuhnya, maka diharapkan para penderes bisa merasakan kesejahteraan.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Arif Budi Santoso menjelaskan bahwa kehadiran Bank Indonesia dalam proyek seperti ini adalah sebagai pendamping dari pengembangan usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pendampingan seperti ini juga dilakukan oleh semua kantor BI di Indonesia. Khusus di Kulonprogo ada 4 proyek yang ikut didampingi BI, yaitu pengembangan pengrajin tembaga sepuh/perak, pengrajin batik melalui Koperasi Batik Citra Mandiri, kemudian ketahanan pangan komoditas cabe dan buah sukun.
"Khusus gula semut dapat diinformasikan bahwa tampaknya apa yang dipikirkan oleh BI sejalan dengan Pemda, karena dari hasil penelitian BI beberapa waktu lalu, gula semut menjadi produk unggulan dari kabupaten Kulonprogo. BI juga memberikan bantuan gudang penyimpanan gula semut," tutur Arif.
Sedangkan Christina Agustin, Kepala Bidang Rencana dan Pengendalian, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM Kementerian Koperasi & UMKM yang datang mewakili Deputi Bidang Pengkajian menjelaskan bahwa kementerian sudah melakukan pengembangan produk unggulan di seluruh Indonesia, dan secara bertahap sesuai dengan milestone Kementerian Koperasi dan UMKM, dari 2010 sampai 2014 ada 100 OVOP yang berhasil.
"Dengan keberpihakan seorang pemimpin, akan membawa kesejahteraan yang sesungguhnya pada daerah, karena kepedulian pemimpin. Dari ratusan kabupaten di Indonesia, Kulonprogo menjadi satu dari dua kabupaten yang terpilih sebagai penggerak OVOP terbaik nasional," kata Christina.
Menurutnya prestasi ini dinilai dari berbagai aspek, dimana saat ini Kementerian Koperasi UMKM sedang mengembangkan OVOP tingkat dunia, dan yang terpilih untuk menjadi pilot project adalah dari Bali dan Jogja, termasuk Kulonprogo, yang terpilih melalui proses panjang.
Acara tersebut dihadiri oleh 150 peserta yang berasal dari Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PPHRI), Pengusaha RItel Supermarket, Universitas, perbankan, tokoh masyarakat, UKM Gula Semut, dan stakeholder pemasaran gula semut. Selain itu, dalam acara tersebut juga disajikan presentasi oleh Firmansyah Budi Prasetya pemilik Cokro Telo, Yogyakarta, dengan tema meningkatkan nilai tambah produk gula semut di pasar domestik, Dedi Surya Darmawan, Kepala Cabang Bank Syariah Mandiri Yogyakarta dengan tema peluang pembiayaan bank dan layanan jasa produk perbankan pada usaha gula semut, dan Brotoseno (Pemilik Hotel Rumah Palagan), dengan tema kiat menggarap pasar modern produk gula semut.***