Roh Perjuangan, Modal Terbebas dari Penjajahan

  • Dibaca 2113 kali
  • 31 Agustus 2012 14:23:30

Indonesia merupakan negara yang cukup lama merdeka namun kita jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara lain yang merdeka setelah Indonesia. Indonesia yang seharusnya malu karena kemajuan kita kalah dibandingkan negara lain yang merdeka lebih dahulu. Kemerdekaan Indonesia diraih melalui usaha dengan roh perjuangan yang kuat, bukan semata-mata karena senjata. Namun sebenarnya saat ini kita belum merdeka sepenuhnya, karena kita masih dijajah dalam bidang ekonomi. Demikian disampaikan Bupati Kulonprogo, dr. H. Hasto Wardoyo, SpOG(K), di hadapan para pemuda dalam acara Syawalan dan Dialog Interaktif bertajuk "Peran Pemuda dalam Menumbuhkan Jiwa Cinta Produk Lokal" di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kulonprogo, Jum'at pagi (31/8). Acara tersebut diselenggarakan oleh PPMI (Purna Prakarya Muda Indonesia) DIY.

 

"Dengan roh perjuangan tersebut diharapkan generasi saat ini mau membeli barang produk lokal untuk memupuk cinta produk Indonesia. Misalnya dengan membeli apel malang dibanding apel Washington, memilih membeli dan memotong ayam tetangga dari pada fried chicken luar negeri. Istilahnya kita harus think big, act now, start small," tutur Hasto bersemangat.

 

Hasto menambahkan, jika tidak memiliki roh perjuangan tersebut, maka para pemuda akan menikmati hidup dijajah, hidup serba pragmatis dan serba mencari gampangnya. Ada istilah yang mengungkapkan bahwa telur hari ini lebih baik daripada ayam esok hari, hal ini berarti kita harus berjuang saat ini, saat masih muda kala roh perjuangan itu masih besar, meskipun harus melalui proses yang sulit dan panjang, tetapi bisa jadi tindakan kecil yang dilakukan saat ini akan menjadi sesuatu yang besar di kemudian hari. Roh perjuangan inilah yang menjadi motor penggerak kegiatan.

 

Sudah menjadi kewajaran bahwa pada umumnya orang tidak mau berubah dari kondisi yang telah mapan atau zona kemapanan. Padahal hal tersebut bisa menjadi racun terhadap kemajuan. Hanya sedikit orang yang mau keluar dari zona kemapanan tersebut, sehingga diharapkan para pemuda mau menjadi diantara sedikit orang yang mau berjuang, keluar dari zona kemapanan untuk menjadi yang lebih baik.

 

Menurut Bupati, saat ini banyak orang yang mengira bahwa modern berarti meniru mentah-mentah budaya barat. Dengan meniru mereka dianggap sudah modern. Padahal di negara asalnya, yang menjadi tolak ukur kemoderenan adalah tingkat kedisiplinan dan kejujuran yang tinggi. Hal ini berarti gaya hidup modern tidak bertentangan dengan local wisdom/local genius atau budaya lokal.

 

"Kita harus belajar dari bangsa Jepang, dimana mereka tetap teguh memegang budaya mereka, tetapi tetap bisa mencapai kemajuan," kata Bupati.

 

Local genius yang dimiliki bangsa ini yang sangat membanggakan adalah gotong royong. Dimana bangsa lain tidak memilikinya. Dengan gotong royong inilah Pemkab menggerakkan social capital dan local wisdom untuk melaksanakan bedah rumah setiap minggu. Dengan cara pikir modern, seluruh masyarakat dapat memanfaatkan gotong royong dan kepedulian sosial untuk mengentaskan kemiskinan di Kulonprogo.

 

Saat ditanyakan mengenai pembangunan bandara dan kesempatan yang dibuka pemkab bagi para pemuda, Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa saat ini BUMD didorong untuk mempersiapkan diri, sehingga pada waktunya nanti megaproyek terlaksana, BUMD mampu memenuhi kebutuhan megaproyek. Selain itu saat ini telah dibuka beberapa SMK yang bisa memenuhi kebutuhan megaproyek nantinya. Dengan dibukanya kesempatan tersebut, para pemuda dipersilahkan untuk berusaha memanfaatkan adanya megaproyek.

 

Menurut Heri Sulistyo, Ketua PPMI DIY, hampir 7 tahun Kulonprogo tidak menjadi tuan rumah kegiatan PPMI, sehingga acara ini diselenggarakan di Rumah Dinas Bupati Kulonprogo, sekaligus juga mempertemukan anggota PPMI dengan Bupati melalui acara diskusi interaktif. Menurut Heri, PPMI bukanlah organisasi politik, tetapi organisasi sosial budaya sehingga PPMI tidak terkait dengan parpol manapun. Tetapi Heri mempersilahkan anggotanya untuk belajar berorganisasi di PPMI sehingga bisa menjadi batu loncatan jika ingin aktif dalam bidang politik. Acara kali ini dihadiri oleh Bupati Kulonprogo, Kepala Disbudparpora Kulonprogo, Eko Wisnu Wardhana, SE dan sekitar 40 anggota PPMI dipimpin oleh Heri Sulistyo. (mc)