AGAR BERHASIL DALAM ADVOKASI KIE; Penyuluh KB Harus Ramah, Nggenah dan Prenah
- Dibaca 6282 kali
- 02 Mei 2009 00:00:00
Disadari atau tidak, kunci keberhasilan program KB di Indonesia adalah diawali dengan keberhasilan dalam advokasi KIE nya. Hal ini dapat dipahami karena program KB memiliki tujuan akhir diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) sebagai norma hidup sekaligus pegangan dalam membangun keluarga yang lebih baik. Bukan sekedar kapasitasnya sebagai institusi terkecil dalam masyarakatyang terdiri dari suami isteri atau ayah,ibu dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya, tetapi juga dalam kapasitasnya sebagai media untuk melahirka generasi masa depan keluarga, masyarakat dan bangsa yang potensial untuk mendukung pembangunan.
Demikian dikatakan oleh Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan PMPDP & KB Kabupaten Kulonprogo Drs. Mardiya, saat ditemui di kantornya, Sabtu (2/5). Ditandaskan lebih lanjut oleh Mardiya, dalam hal advokasi KIE, inti kekuatan utamanya di awal program beberapa dekade silam adalah para Penyuluh KB. Sementara sekarang ini karena sudah ada keterlibatan lintas sektor dan komponen masyarakat, maka tokoh masyarakat formal maupun informal, tokoh agama serta kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) yang terdiri dari Koordinator PPKBD, PPKBD, Sub PPKBD da Kelompok KB-KS, kekuatan inti advokasi KIE telah menyebar. Walaupun porsi terbesar tetap berada di tangan Penyuluh KB sebagai ujung tombak pengelola KB di lini lapangan.
Menurut Mardiya, secara kedinasan, terutama bila dilihat dari kacamata Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) jabatannya, para Penyuluh KB adalah juru penerang ataupun agent of change pada keluarga dan masyarakat luas menuju perubahan mentalitet dari tidak mendukung menjadi mendukung program KB, dari yang dulu tidak peduli menjadi peduli, dari yang dulu tidak mau berpartisipasi menjadi aktif berperan serta, dan sebagainya. . Oleh karena itu, tutur kata, sikap dan perilaku Penyuluh KB akan menjadi prediktor penting untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan advokasi KIE KB pada masyarakat luas khususnya keluarga-keluarga yang menjadi sasaran. Dari sini perlulah seorang penyuluh memiliki sekaligus memegang tiga prisip dasar yakni Ramah, Nggenah dan Prenah.
?Ramah? artinya bermuka cerah, murah senyum dan suka bertegur sapa, sehingga dengan keramahan tersebut orang lain akan simpatik dan selanjutnya akan mudah untuk diajak berembug, koordinasi, melakukan kerja sama dan lain-lain. ?Nggenah? artinya mengerti betul apa yang menjadi tugas dan kewajibannya, tahu betul lingkup pekerjaannya serta apa yang menjadi tujuan, sasaran, langkah-langkah teknis untuk melaksanakannya serta manfaatnya bagi keluarga atau masyarakat sasaran. Nggenah ini juga dapat diartikan para penyuluh memiliki pengetahuan yang mumpuni dan dapat di andalkan terkait dengan pekerjaannya karena selalu meng up to date pengetahuan, wawasan, pengalaman yang dimiliki. Sedangkan ?prenah? artinya pandai menempatkan diri, tahu adat sopan santun, bisa menjaga moral, tidak suka ?mengganggu? kader, tidak memanfaatkan kesempatan serta tidak grusah-grusuh atau tergesa-gesa Disamping itu tidak terkesan menggurui atau memerintah orang lain yang membuat orang lain merasa diperalat, dikecewakan atau tersinggung.
Ditegaskan oleh mantan Penyiap Bahan Pembinaan Ketahanan Keluarga Dinas Dukcapilkabermas tersebut, dengan tetap memegang teguh tiga prinsip tersebut, para Penyuluh KB di manapun berada dipastikan akan dicintai oleh masyarakat wilayah binaannya, program KB yang diembannya akan didukung, dan kegiatan-kegiatan di kelompok seperti BKB, BKR, BKL, UPPKS dan lain-lain akan mendapat partisipasi aktif dari keluarga sasaran.
?Dari kesemuanya itu, tidak kalah pentingnya, dengan menerapkan konsep ramah, nggenah dan prenah tersebut, para Penyuluh KB akan tetap mendapat image positif bahwa para penyuluh adalah petugas yang baik, juru penerang dan pelita bagi keluarga sasaran dan masyarakat menuju kehidupan yang lebih sejahtera serta menjadi contoh dan teladan yang patut digugu dan ditiru? katanya
Sumber Berita: Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDP & KB) Kabupaten Kulonprogo
HP. 081328819945
E-mail : nidyapena@yahoo.co.id.
Demikian dikatakan oleh Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan PMPDP & KB Kabupaten Kulonprogo Drs. Mardiya, saat ditemui di kantornya, Sabtu (2/5). Ditandaskan lebih lanjut oleh Mardiya, dalam hal advokasi KIE, inti kekuatan utamanya di awal program beberapa dekade silam adalah para Penyuluh KB. Sementara sekarang ini karena sudah ada keterlibatan lintas sektor dan komponen masyarakat, maka tokoh masyarakat formal maupun informal, tokoh agama serta kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) yang terdiri dari Koordinator PPKBD, PPKBD, Sub PPKBD da Kelompok KB-KS, kekuatan inti advokasi KIE telah menyebar. Walaupun porsi terbesar tetap berada di tangan Penyuluh KB sebagai ujung tombak pengelola KB di lini lapangan.
Menurut Mardiya, secara kedinasan, terutama bila dilihat dari kacamata Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) jabatannya, para Penyuluh KB adalah juru penerang ataupun agent of change pada keluarga dan masyarakat luas menuju perubahan mentalitet dari tidak mendukung menjadi mendukung program KB, dari yang dulu tidak peduli menjadi peduli, dari yang dulu tidak mau berpartisipasi menjadi aktif berperan serta, dan sebagainya. . Oleh karena itu, tutur kata, sikap dan perilaku Penyuluh KB akan menjadi prediktor penting untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan advokasi KIE KB pada masyarakat luas khususnya keluarga-keluarga yang menjadi sasaran. Dari sini perlulah seorang penyuluh memiliki sekaligus memegang tiga prisip dasar yakni Ramah, Nggenah dan Prenah.
?Ramah? artinya bermuka cerah, murah senyum dan suka bertegur sapa, sehingga dengan keramahan tersebut orang lain akan simpatik dan selanjutnya akan mudah untuk diajak berembug, koordinasi, melakukan kerja sama dan lain-lain. ?Nggenah? artinya mengerti betul apa yang menjadi tugas dan kewajibannya, tahu betul lingkup pekerjaannya serta apa yang menjadi tujuan, sasaran, langkah-langkah teknis untuk melaksanakannya serta manfaatnya bagi keluarga atau masyarakat sasaran. Nggenah ini juga dapat diartikan para penyuluh memiliki pengetahuan yang mumpuni dan dapat di andalkan terkait dengan pekerjaannya karena selalu meng up to date pengetahuan, wawasan, pengalaman yang dimiliki. Sedangkan ?prenah? artinya pandai menempatkan diri, tahu adat sopan santun, bisa menjaga moral, tidak suka ?mengganggu? kader, tidak memanfaatkan kesempatan serta tidak grusah-grusuh atau tergesa-gesa Disamping itu tidak terkesan menggurui atau memerintah orang lain yang membuat orang lain merasa diperalat, dikecewakan atau tersinggung.
Ditegaskan oleh mantan Penyiap Bahan Pembinaan Ketahanan Keluarga Dinas Dukcapilkabermas tersebut, dengan tetap memegang teguh tiga prinsip tersebut, para Penyuluh KB di manapun berada dipastikan akan dicintai oleh masyarakat wilayah binaannya, program KB yang diembannya akan didukung, dan kegiatan-kegiatan di kelompok seperti BKB, BKR, BKL, UPPKS dan lain-lain akan mendapat partisipasi aktif dari keluarga sasaran.
?Dari kesemuanya itu, tidak kalah pentingnya, dengan menerapkan konsep ramah, nggenah dan prenah tersebut, para Penyuluh KB akan tetap mendapat image positif bahwa para penyuluh adalah petugas yang baik, juru penerang dan pelita bagi keluarga sasaran dan masyarakat menuju kehidupan yang lebih sejahtera serta menjadi contoh dan teladan yang patut digugu dan ditiru? katanya
Sumber Berita: Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDP & KB) Kabupaten Kulonprogo
HP. 081328819945
E-mail : nidyapena@yahoo.co.id.