PETANI KULON PROGO BASMI TIKUS UNTUK MINIMALISIR LEPTOSPIROSIS

  • 25 Maret 2011 10:18:07
  • 2349 views

Para petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, pada hari Kamis (24/3) beramai-ramai malakukan pengendalian hama tikus di lahan sawah dengan cara omposan untuk meminimalkan resiko penularan penyakit leptospirosis.

Dengan cara diompos, tikus akan mati di dalam liang dan tidak menebar penyakit yang menjadi momok masyarakat tersebut.
Puluhan petani yang tergabung dalam kelompok tani (KT) Tani Makmur hari itu melakukan gerakan membasmi tikus di Bulak Sanggrahan, Pedukuhan Taruban Wetan, Desa Tuksono, sekaligus sebagai pencanangan pengendalian hama tikus di wilayah Kabupaten Kulonprogo.
Acara itu dihadiri oleh Bupati H Toyo Santoso Dipo, Kadis Pertanian DIY Ir Nanang Suwandi MPA, Assek II Drs Nugroho, Kadis Pertahut Ir Bambang Tri Budi Harsono dan Camat Sentolo Rudi Widiatmoko S Sos.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Toyo mengharapkan agar pengendalian hama tikus dilakukan secara berkelanjutan agar bisa tuntas, sebab hama tikus sangat berpotensi mengganggu peningkatan produksi padi dan bahan pangan lainnya.
Tikus, kata Toyo, mempunyai tingkat reproduksi yang sangat tinggi, sehingga kalau tidak dikendalikan secara berkelanjutan maka dalam waktu relatif singkat populasinya akan bertambah menjadi sangat banyak.
"Seingat saya, pada tahun 60-an pernah terjadi populasi tikus yang sangat besar. Saat itu tanaman padi sampai ludes, sehingga semua tanaman yang ada di sawah dimakan. Bahkan rumput pun dimakan. Kejadian itu jangan sampai terulang," pinta Toyo.
Menurut Nanang Suwandi, tikus merupakan ranking 2 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang berpotensi mengancam produksi padi.
OPT lain adalah penggerak batang, wereng coklat, kresek dan tungro. Selain tungro, OPT tersebut populasinya terus mengalami peningkatan, sehingga cepat atau lambat OPT harus dikendalikan agar tidak menunrunkan produksi padi.
Ditambahkan, tikus memiliki tingkat reproduksi tinggi. Dalam satu tahun 1 pasang bisa berkembang menjadi 2.00 ekor. Di samping itu, tikus mempunyai kemampuan migrasi massal 1 hingga 2 km, sehingga harus dikendalikan secara berkesinambungan.
"Karena ada penularan penyakit leptospirosis pengendaliannya harus menggunakan cara yang aman, seperti pengemposan. Dengan cara ini tikus mati di dalam liang dan kencingnya tidak tersebar di luar," kata Nanang.
Sementara menurut ketua KT Tani Makmur, Suyanto (34), akibat serangan tikus, produksi padi di bulak Sanggrahan turun sekitar 25 persen. Sebelumnya rata-rata produksi mencapai 11 - 12 ton per hektare, namun pada musim lalu turun menjadi 8,6 ton.
Meski diakui dengan cara omposan kalah efektif dibanding cara manual, namun dia berharap populasi tikus di Bulak Sanggrahan bisa berkurang secara signifikan.(-)