PROPORSI MKJP KULONPROGO TERTINGGI DI DIY
- Dibaca 3518 kali
- 16 Februari 2010 08:35:24
Berdasarkan Laporan Pencapaian Peserta KB Aktif Per Mix Kontrasepsi pada bulan Desember 2009 oleh Bidang IKAP BKKBN Propinsi DIY, dapat diketahui bahwa proporsi penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Kabupaten Kulonprogo tertinggi di DIY. Hal ini tercermin dari capaian total Peserta KB Aktif (PA) yang menggunakan kontrasepsi Intra Uterie Device (IUD), Medis Operatif Pria (MOP), Medis Operatif Wanita (MOW) dan Implant yang berjumlah 22.682 akseptor atau proporsinya mencapai 44,56 persen dari total PA yang banyaknya 50.908 akseptor. Proporsi MKJP Kulonprogo ini merupakan yang tertinggi di DIY. Berada di atas capaian Kota Yogyakarta (39,55 persen), Gunungkidul (36,13 persen), Sleman (36,12 persen), dan Kabupaten Bantul (33,27%). Dengan capaian ini, secara demografis Kulonprogo banyak diuntungkan karena proporsi penggunaan MKJP yang tinggi akan berdampak langsung maupun tidak langsung pada Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP).
Demikian diungkapkan oleh Kabid Keluarga Berencana (KB) Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulonprogo Drs. HM Dawam yang didampingi Kasubid Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Drs. Warsidi di kantornya, Senin (15/1). Menurut HM Dawam, penggunaan MKJP akan memberi kontribusi besar dalam rangka penurunan Total Fertility Rate (TFR) yang merupakan cerminan dari banyaknya jumlah anak yang dilahirkan oleh Wanita Usia Subur (WUS) selama masa suburnya. Besaran TFR ini yang akan menjadi salah satu faktor penentu tinggi rendahnya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah, selain faktor migrasi dan kematian. Pertumbuhan penduduk Kulonprogo saat ini tercatat sebesar 0,09 persen per tahun, yang berarti lebih rendah dari LPP sebelumnya yang mencapai 0,10 persen per tahun. Laju pertumbuhan ini juga merupakan yang terkecil di DIY. Di level Provinsi DIY itu sendiri, saat ini laju pertumbuhan penduduk dalam kisaran 0,7%
Meskipun demikian, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi Drs. Mardiya yang ditemui secara terpisah mengingatkan bahwa proporsi MKJP ini bisa turun bila capaian Peserta KB Baru (PB) MKJP tidak cukup signifikan untuk mendukung capaian PA. Selama tahun 2009 capaian PB MKJP hanya 31,42 persen yang berarti kondisinya lebih rendah dari capaian PA MKJP saat ini. Hal itu tidak boleh terus terjadi, karena lambat laun akan menurunkan proporsi PA MKJP di Kulonprogo.
Merujuk kondisi masa lalu, Mardiya mengungkapkan bahwa di tahun 1975 an Kulonprogo terkenal sebagai predikat "Raja Kondom" dengan peserta KB Kondom demikian banyak sehingga proporsi peserta KB MKJP waktu itu sangat rendah. Namun berkat kegigihan para penyuluhan untuk memasyarakatkan IUD di era kepemimpinan Drs. Soerjadi, predikat tersebut bisa diubah menjadi "Raja IUD" karena lonjakan akseptor pengguna IUD demikian pesat. Hasilnya waktu itu sangat kelihatan, karena proporsi pengguna MKJP menjadi lebih dari 50 persen. Kondisi yang demikian itu, harus diterapkan oleh Penyuluh KB saat sekarang.
"Saat ini, para Penyuluh KB di lapangan harus lebih giat melakukan advokasi dan KIE pada para calon akseptor baru melalui kunjungan rumah untuk menggunakan IUD, MOP, MOW atau Implant dengan tetap memperhatikan karakteristik PUS sasaran baik dari sisi kesehatan, jumlah anak, jarak kelahiran maupun riwayat KB masa lalu," kata Mardiya.
Sumber berita: Drs. Mardiya
Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulonprogo
HP. 081328819945